top of page

Mengenal Penyakit Paru Obstruktif Kronis: Penyebab Kematian Terbanyak ke 3 di Dunia


Metrohealth - MetroFriends pernah mengalami kesulitan bernafas, batuk berdahak dan mengi (bengek) secara bersamaan? Mugkin disaat itulah MetroFriends merasakan ciri-ciri peradangan paru dalam jangka panjang yang dikenal dengan nama penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).


Penyakit Paru Obstruktif Kronis menurut Kemenkes RI, merupakan istilah yang digunakan untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru untuk jangka panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari dalam paru-paru sehingga pengidap akan mengalami kesulitan dalam bernapas.


PPOK umumnya merupakan kombinasi dari dua penyakit pernapasan, yaitu bronkitis kronis dan emfisema.

  • Bronkitis= Infeksi pada saluran udara menuju paru-paru yang menyebabkan pembengkakan dinding bronkus dan produksi cairan di saluran udara berlebihan.

  • Emfisema= Kondisi rusaknya kantung-kantung udara pada paru-paru yang terjadi secara bertahap.


Dikutip dari Kemenkes RI, di masa pandemi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut penyakit paru obstruktif merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia. Sebanyak 3,23 juta kematian di tahun 2019 dengan merokok sebagai penyebab utama.


Tahun 2020, Global initiative for Chronic Obstructive Lung Disease memperkirakan secara epidemiologi di tahun 2060 angka prevalensi PPOK akan terus meningkat karena meningkatnya jumlah angka orang yang merokok. Di Indonesia berdasarkan data riset kesehatan dasar 2013 prevalensi ppok mencapai 3,7% atau sekitar 9,2 juta jiwa yang mengalami PPOK.


Riset Kesehatan Kemenkes RI memperlihatkan jumlah perokok di Indonesia masih sangat tinggi, kira-kira 33,8% atau 1 dari 3 orang di Indonesia merokok. Hal ini memberikan kontribusi pada kejadian PPOK yang besar. Angka merokok dengan perokok pria mempunyai proporsi yang besar sekitar 63% atau 2 dari 3 pria di Indonesia saat ini merokok. Selain itu peningkatan prevalensi merokok cenderung lebih tinggi pada kelompok remaja usia 10 sampai 18 tahun, yakni sekitar 7,2% naik menjadi 9,1% di tahun 2018 atau hampir 1 dari 10 anak di Indonesia merokok.


Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) lebih sering menyerang orang usia paruh baya yang merokok. Seiring waktu, penyakit ini akan memburuk dan berisiko menyebabkan penderitanya terkena penyakit jantung dan kanker paru-paru. Selain itu, penyakit paru obstruktif kronis juga bisa meningkatkan risiko penderitanya terkena COVID-19. Menurut sebuah penelitian, penderita PPOK memiliki risiko 5 kali lipat lebih tinggi terkena COVID-19 daripada orang yang tidak menderita PPOK.


Penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Penyakit paru obstruktif kronis terjadi ketika saluran pernapasan dan paru-paru rusak serta mengalami peradangan. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit ini antara lain:

  • Memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok pasif)

  • Terpapar polusi udara, misalnya dari debu jalanan, asap dari kendaraan, atau asap pabrik dan industri

  • Menderita penyakit asma, tuberkulosis, infeksi HIV, dan kelainan genetik yang menyebabkan kekurangan protein alpha-1-antitrypsin (AAt)

  • Memiliki keluarga dengan riwayat PPOK

  • Berusia 40 tahun ke atas


Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Dikutip dari Kemenkes RI, PPOK berkembang secara perlahan dan tidak menunjukkan gejala khusus pada tahap awal. Gejalanya baru muncul setelah bertahun-tahun ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru. Sejumlah gejala yang biasanya dialami oleh penderita PPOK. Antara lain:

  • Napas tersengal-sengal, terutama saat melakukan aktivitas fisik.

  • Batuk tidak kunjung sembuh yang dengan/tanpa disertai dahak.

  • Mengi (bengek)

  • Nyeri dada

  • Pembengkakan di tungkai

  • Lemas (Kehilangan kemampuan/ produktivitas)

  • Rasa berat di dada

  • Penurunan berat badan


Faktor Risiko Penyakit Paru obstruktif Kronis

Dikutip dari Kemenkes RI, berikut beberapa faktor risiko PPOK yang ada di lingkungan sekitar:

  • Rokok. Asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor utama penyebab PPOK serta sejumlah penyakit pernapasan lainnya. Diperkirakan, sekitar satu dari empat orang perokok aktif mengidap PPOK.

  • Polusi udara. Misalnya asap kendaraan bermotor, debu jalanan,gas buangan industri, briket batubara, debu vulkanik gunung meletus, asap kebakaran hutan, asap obat nyamuk bakar, asap kayu bakar, asap kompor, polusi di tempat kerja (bahan kimia, debu/zat iritasi, dan gas beracun).

  • Usia. PPOK akan berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Gejala penyakit umumnya muncul pada pengidap yang berusia 35 hingga 40 tahun.

  • Faktor keturunan. Jika memiliki anggota keluarga yang mengidap PPOK, Anda juga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit yang sama.



Jika MetroFriends ingin tahu lebih lanjut tentang PPOK atau penyakit paru lainnya maupun rawat inap dan rawat jalan, dapat langsung menghubungi 0817-4903-162 atau dapat berkonsultasi langsung dengan Dokter Spesialis Penyakit Paru Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre. (NAM)


35 views
bottom of page