Berlari Sehat bersama Skolari
Updated: May 29, 2020
Bersama Adrie Soetopo – Coach Skolari

Berlari menjadi salah satu cara efektif untuk memulai aktivitas fisik secara rutin. Pasalnya, berlari merupakan jenis aktivitas fisik yang menyenangkan dan mudah dilakukan. Selain itu, kegiatan berlari tidak membutuhkan banyak peralatan, cukup menyiapkan sepatu lari dan perlengkapan lari sederhana.
Belakangan, animo masyarakat untuk berlari semakin meningkat. Sayangnya karena lari merupakan aktivitas fisik yang sederhana, tak sedikit orang yang senang berlari namun dengan teknik yang salah. Akibatnya, lari menjadi tidak efektif bahkan bisa menimbulkan cedera.
Berangkat dari kegelisahan terhadap aktivitas fisik ini, Rinaldi Usman, Mamo Arief Sudarmono dan Riski Sinar Respati membentuk sebuah gerakan yang bertajuk Sekolah Lari. Harapannya, dengan adanya sekolah itu bisa memberikan edukasi cara lari yang baik agar terhindar dari cedera. Cita-cita itu terinspirasi dari Sokola Rimba yang digagas Butet Manurung.
Mereka pun menggandeng pegiat trail running & outdoor sport Adrianus Soetopo untuk mewujudkan sekolah tersebut. Tepat 2019 silam berlokasi di Gelora Bung Karno, sekolah lari atau Skolari terbentuk. Belakangan Coach Adrie, panggilan Adrianus, tak melatih sendirian kini dibantu beberapa coach lainnya.
Coach yang memiliki moto ”Fit, healthy, and happy” itu merasa perlu membagikan pengalamannya tentang berlari. Khususnya untuk menghindari cedera yang banyak dialami oleh masyarakat umum.
“Tentunya ada beberapa teknik yang harus diterapkan jika ingin berlari tanpa merasakan cedera,” jelas Coach Adrie.
Teknik berlari yang tepat
Menurut coach Adrie, Seluruh tubuh akan ikut berpartisipasi untuk mendapatkan manfaat baik dari berlari. Mulai dari kepala, tubuh, tangan, hingga kaki.
“Kalau lari dalam satu momen, kaki kita diangkat dua-duanya ke udara. Sering dilihat di foto-foto pelari, khususnya marathon ya, itu pasti kedua kakinya terangkat ke udara,” tambah Coach Adrie.
Salah satu coach berpengalaman di Skolari itu juga menjelaskan sekaligus mempraktikkan cara mendaratkan kaki yang baik saat berlari, ialah dengan menggunakan kaki bagian tengah.
Bagaimana kaki saat mendarat?
“Biasakan tidak mendarat pada tumit karena risiko cedera jadi lebih besar, mulai dari persendian di lutut menjalar ke panggul. Sistem pegas alami di lutut akan bekerja dengan baik jika kita mendarat dengan bagian telapak kaki yang tepat,” jabarnya.
Tangan yang tidak boleh menyilang
Selain kaki, Coach Adrie juga menjelaskan posisi tangan saat berlari. Ia sangat menganjurkan posisi tangan mengayun secara natural, agar tidak menghambat pergerakan si pelari.
“Banyak diperhatikan, pelari tangannya menyilang ke dada, ini tidak efektif. Semakin cepat langkah larinya, semakin banyak juga bahu bergerak. Seharusnya, bahu tidak perlu banyak bergerak, dia stabil saja. Supaya si bahunya tidak banyak bergerak, ayunkan saja seperti gerakan lonceng,” urainya.
Kepala yang menghadap ke depan
Kemudian, posisi kepala turut menjadi perhatian bagi pelari. Coach Adrie menjelaskan bahwa posisi kepala sebaiknya tidak menunduk. Hal itu akan diikuti oleh posisi bahu.
“Lebih baik kepala menghadap ke depan. Manfaatnya selain agar menghirup oksigennya lebih mudah, dada akan terbuka dan menimbulkan sifat rileks bagi pelari. Jadi penting sekali, pelari harus merasakan rileks, dengan menikmati alam dan melihat banyak orang,” tambahnya.
Teknik bernapas yang disarankan
Selanjutnya, frekuensi bernafas. Bernafas di saat berlari menjadi konsentrasi utama bagi pelari, khususnya marathon. Keliru menghirup nafas cukup dapat mempengaruhi langkah dan daya tahan tubuh pelari. Coach Adrie menyarankan pelari menggunakan pernafasan di bagian perut atau diafragma. Hal itu dinilai baik, karena pada saat itu, si pelari membutuhkan banyak oksigen.
“Penting, usahakan menghirup nafas dengan perut. Saat menghirup, perut akan mengembang, sedangkan saat mengeluarkan nafas, perut akan mengempis. Nafas alami menjadi teknik dasar bagi pelari,” lanjutnya.
Di samping itu, Coach Adrie menyebutkan beberapa kesalahan dalam berlari, diantaranya cara mendarat yang tidak menggunakan kaki bagian tengah, ayunan tangan yang tidak natural, kepala menunduk dan langkah kaki terlalu lebar.
“Jika sudah terbiasa, lebar langkah akan menyesuaikan dengan sendirinya. Itu empat kesalahan kecil yang banyak tak diketahui. Kalau cara berlari sudah benar, kecepatan dan daya dahan tubuh si pelari juga mengikuti dengan sendirinya,” pungkasnya.
Simak selekapnya!