Waspada Perut Buncit: Gejala Kanker Ovarium

Metrohealth - Perut buncit menjadi salah satu permasalahan yang pernah dialami oleh setiap orang baik perempuan maupun laki - laki. Masalah tersebut kerap dikaitkan dengan masalah diabetes dan juga kegemukkan akibat terlalu banyak makan.Tentu perut yang buncit menjadi salah satu penghalang seseorang dalam hal kepercayaan diri ketika menjalani aktivitas sehari - hari. Ketika perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat sudah dilakukan namun tidak ada perubahan, hal tersebut harus diwaspadai karena menjadi pertanda adanya masalah dalam perut. Masalah apakah itu? Yuk, simak pembahasan dibawah ini!
Perlu diketahui bahwa terdapat banyak organ di dalam perut seperti usus, pankreas, hati, limpa, dan ginjal. Sehingga adanya perut buncit juga dapat disebabkan karena adanya masalah penumpukan cairan pada organ dalam perut, yang dalam bahasa medis disebut sebagai ascites.
Pada daerah sekitar organ tersebut, juga terdapat selembar jaringan yang dinamakan peritoneum. Peritoneum memiliki 2 lapisan, yakni lapisan yang melapisi dinding perut dan lapisan yang melapisi organ. Lapisan ini menghasilkan sejumlah kecil cairan sehingga organ-organ di perut bisa bergerak dengan lancar. Namun sayangnya, kerap terjadi penumpukan cairan pada 2 lapisan yang membuat perut bengkak, terlihat buncit, dan terasa tidak nyaman. Penumpukan cairan tersebut menjadi indikasi terjadinya penyakit kanker karena sel - sel kanker mengiritasi lapisan perut dan membuatnya menghasilkan terlalu banyak cairan. Salah satu jenis kanker yang berhubungan dengan gejala perut buncit adalah kanker ovarium.
Apa Itu Kanker Ovarium?
Kanker ovarium atau kanker indung telur merupakan tumor ganas yang timbul pada indung telur (ovarium) yang biasa terjadi pada wanita berusia 50 - 70 tahun. Keganasan organ reproduksi perempuan dan merupakan jenis kanker tersering kedua dari seluruh kanker ginekologis. Berdasarkan Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory menurut data statistik American Cancer Society kejadian kanker ovarium terdapat sekitar 4% dari seluruh keganasan yang diidap perempuan dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker. Kanker ovarium dianggap sebagai kanker yang mematikan karena kerap tidak muncul gejala pada di awal sehingga ketika pemeriksaan dilakukan, pasien sudah pada tingkat keparahan yang tinggi.
Gejala Kanker Ovarium
Tak hanya perut buncit atau pembesaran perut yang menjadi sebuah penanda yang perlu diwaspadai. Juga terdapat gejala dan tanda klinis lain yang biasa dijumpai adalah
Terdapat massa di dalam rongga perut atau pelvis,
Gejala gangguan pencernaan makanan (dispepsia)
Gangguan buang air kecil dan besar
Gangguan haid
Gejala penekanan rongga perut berupa: rasa mual, muntah,
Hilang nafsu makan dan nyeri perut.
Nyeri payudara
Menopause dini
Lingkar abdomen meningkat
Faktor Risiko Kanker Ovarium
Secara spesifik belum diketahui penyebab dari kanker ovarium, namun terdapat beberapa faktor risiko yang memicu munculnya penyakit kanker ovarium, yaitu:
Menstruasi dini
Infertilitas
Riwayat kanker payudara, kolon atau endometrium
Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
Konsumsi alkohol
Kebiasaan merokok
Diet tinggi lemak
Tahapan Kanker Ovarium
Menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) mengutip pada laman Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory terdapat beberapa tahapan pada kanker ovarium berdasarkan tingkat keparahan dan gejala pada pasien, yaitu:
Tahap I: Pada tahapan ini, tumor hanya sebatas ada pada ovarium
Tahapan IA: Tumor berada pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada sel tumor di cairan asites atau bilasan cairan di rongga selaput perut (peritoneum).
Tahap IB: Tumor berada pada dua ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor di permukaannya, tidak ada sel tumor di ascites atau bilasan rongga ovarium.
Tahapan IC: Tumor berada di satu atau dua ovarium dengan salah satu faktor yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, ada sel tumor di cairan asites ataupun di bilasan cairan rongga peritoneum.
Tahapan II: Tumor berada di satu atau dua ovarium dengan perluasan di rongga pelvis
Tahapan IIA: perluasan tumor ke rahim (uterus) dan atau ke saluran (tuba).
Tahapan IIB: Tumor lebih meluas ke jaringan organ pelvik lainnya
Tahapan IIC: Terjadi perluasan ke pelvik (IIA atau IIB) dengan sel tumor di cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum
Tahapan III: Tumor terdapat di satu atau dua ovarium disertai perluasan tumor di rongga peritoneum di luar pelvik dan atau penyebaran (metastase) kelenjar getah bening regional
Tahapan IIIA: Penyebaran mikroskopik di luar pelvis
Tahapan IIIB: Penyebaran makroskopik di luar pelvic, besar jejas sebaran ≤2 cm; Tahapan IIIC: Penyebaran makroskopik di luar pelvic, jejas sebaran >2 cm dan sebaran ke kelenjar getah bening.
Tahapan IV: Penyebaran jauh di luar rongga peritoneum
Bagaimana Mencegah Terjadinya Kanker Ovarium?
Terkait pencegahan pada kanker ovarium juga belum ada cara spesifik, namun risiko terjadinya dapat dicegah melalui beberapa hal berikut, yaitu:
Menjalani kehamilan dan menyusui
Menggunakan kontrasepsi oral yang dapat mengurangi risiko 50 persen lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral. Namun, harus terlebih dahulu mendiskusikan kemungkinan risiko dan manfaatnya dengan dokter.
Melakukan pemeriksaan ke dokter yang dapat dilakukan melalui USG Transvaginal yang merupakan jenis tes pencitraan yang menggunakan gelombang suara untuk mendeteksi tumor di organ reproduksi, termasuk ovarium. Lalu dapat dilakukan juga tes darah untuk mengukur kadar antigen kanker 125 (CA-125). Terakhir, melalui metode biopsi dengan cara mengambil sampel kecil jaringan dari ovarium dan menganalisis sampel di bawah mikroskop.
Untuk dapat menemukan penyebab gejala yang dirasakan, penting bagi MetroFriends untuk mengenali tanda dan ciri dari penyakit kanker ovarium. Lakukan secara rutin pemeriksaan ke Dokter Spesialis Onkologi guna memantau kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Jika MetroFriends ingin berkonsultasi lebih lanjut mengenai kanker ovarium maupun rawat inap dan rawat jalan, dapat langsung menghubungi layanan Metrovia atau dapat berkonsultasi langsung dengan Dokter Spesialis Onkologi Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre. (AR)